::: Fwd: SUPERMURAHAN!!!
DATANGLAH! DATANGLAH! DATANGLAH!
Teman baik saya, Itbo Suitbo Bumil, seorang kutubuku dan pemilik tokobuku, menelepon saya malem-malem, ”memaksa” saya memasang poster publikasi acara keren ini di blog saya. Saya sih tidak keberatan: karena toh saya pasti akan datang ke acara 3 hari yang dia bikin itu. Yakni bazaar buku, kaos, aksesoris, apapun! Ngngng, apapun? Jual mobil murah juga nggak Bo? Saya berharap teman-teman saya juga datang ke acara itu. Bertemu teman-teman ini yang lebih penting. Sebab saya sebenarnya tidak gemar membaca. Tapi gemar berkawan. Haha!
Meski demikian, tetap ada yang mengganjal di hati saya, perihal memasang poster publikasi tersebut di blog ini:
[1] Jangan-jangan ini sejenis konspirasi dunia untuk "membuat saya posting lagi", dan untuk itu mereka menunjuk Itbo Suitbo Bumil untuk menjalankan misi rahasia itu, karena mereka tau Itbo Suitbo Bumil itu dekat dengan saya. Siapa orang-orang di balik konspirasi ini?
[2] Gosh. Berarti mereka tau Itbo Suitbo Bumil itu teman baik saya! Jangan-jangan selama ini mereka mengawasi gerak-gerik saya! Wah, gawat. Saya harus lebih berhati-hati. Lebih sering menyamar mungkin lebih baik.
[3] Mending kalo Itbo Suitbo Bumil bersedia melakukan misi tersebut dengan sukarela. Apalagi kalo mereka mau membayar mahal sebagai imbalannya. Tapi, bagaimana kalo Itbo Suitbo Bumil melakukannya karena diancam? Waduh. Di bawah todongan pistol? Di bawah acungan golok? Di bawah kalungan celurit?
[4] Jangan-jangan suaminya, Mas-Trie-Yang-Kocak-dan-Baik-Hati itu disandera oleh mereka dan disekap di sebuah gudang bawah tanah, dan hanya akan dibebaskan kalo Itbo Suitbo Bumil mau menjalankan misi ini...
[5] Aduh saya jadi cemas. Bagaimana kalo benar begitu?
[6] Jangan-jangan mereka alien.
[7] Tenang, tenang. Tarik napas. Hembuskan pelan-pelan. Ulangi sampe 100 X.
[8] Damn. Lama...
[9] OK, apapun motif di balik semua ini, bagaimanapun juga, memasang poster itu mengharuskan saya posting lagi. Sialnya, saya sudah lupa cara posting! Dasar pikun. Saya benci alzheimer! Apalagi Badu, waktu muda dia malah pernah terkena amnesia. Waduh. Gimana dong?
[10] Untunglah di telepon Itbo Suitbo Bumil berjanji bakal ngajarin saya lagi gimana caranya. Sip.
[11] Hey, wait a minute. Oh, no! Saya lupa password blog saya!
[12] Semoga Badu tidak lupa password-nya.
[13] Tapi bagaimana kalo dia juga lupa?
Damn! Lihat, ada 13 hal yang mengganjal hati saya. Banyak sekali! Sampe hati saya nggak muat. [Dan bukankah 13 adalah angka sial? Ugh.] Pantesan Nenek di kampung selalu mengajarkan kita untuk berlapang dada. Pasti maksudnya supaya hati kita cukup luas untuk bisa menampung segala macam ganjelan itu.
Tapi sudahlah. Sambil berusaha mengeluarkan satu per satu batu yang mengganjal itu dan membuangnya ke jalan; saya ingat, betapa bazaar buku itu selalu menyenangkan. A lot of books. Murah-murah. A bunch of people. Apalagi Bada dan Badu juga janji akan datang. Kami bertiga sama-sama antusias. Bahkan kami sepakat untuk mengundi siapa di antara kami bertiga yang berhak belanja buku paling banyak kali ini. Saya sudah membolak-balik buku tentang teori probabilitas untuk mencari tahu berapa besar peluang saya menang. Hasilnya: peluang saya menang undian cuma 0,333. Sh*t! Nggak bisa lebih gede ya?
Bukan apa-apa Bung, peluang menang ini sangat penting. Kalo misalnya selera kami sama sih, tidak jadi masalah, siapa pun yang menang, semuanya bisa menikmati. Masalahnya, pilihan kami beda-beda. Saya lebih memilih buku yang lucu-ringan-menghibur [jadi, buku filsafat pasti tidak bakal dilirik]); sementara Bada lebih suka buku-buku masak dan berkebun [maklum, doi kan sok lembut.]; sedangkan Badu lebih suka buku-buku biografi [sambil tetap yakin kelak seseorang bakal menulis riwayat hidupnya yang, ouch, sori dude: membosankan.]
Kalo buku film? Ah, tidak ada satu pun dari kami bertiga yang suka buku-buku film. Buat apa? Kami kan tidak suka nonton film. Buang-buang waktu aja. Duduk dua jam hanya untuk dikibuli? Sori yee, saya kan sibuk. Ngerokok aja nggak sempet. Bahkan kalo kebelet boker pun saya harus mikir-mikir dulu: ada waktu nggak ya? Begitulah. Padahal menurut informan kami, di bazaar itu mungkin bakal ada juga buku-buku film yang keren. Misalnya, buku skenario film-film Barat [ada film Sumatra Barat nggak Bo? Judulnya Balado Orang-orang Tercinto]. Juga ada buku kumpulan esai tentang road movies. Hmm, pasti di buku yang terakhir itu dibahas juga film Paris, Texas [Wim Wenders, 1984]. Pasti. One of the best road movies ever! Soundtrack-nya juga dahsyat, man! Dulu saya gembira banget nemu kaset OST-nya.
Udah ah, takut makin garing aja tulisan ini. Padahal nama asli saya emang Soe Hok Gar. :)
* * *