okt dog budibadabadu: ::: beberapa kalimat yang masih melekat

Monday, March 28, 2005

::: beberapa kalimat yang masih melekat


Saya masih saja asyik mengikuti the greatest show on earth itu. Ini sudah episode keberapa, Bung? Tidak penting, sebab bagaimana pun juga Life must go on. Bung Sang Maha Sutradara masih menunjukkan kelasnya. Twist-nya seringkali edan. Rapih, dan mengejutkan. Beberapa kalimat yang sempat terekam oleh memori saya—seorang penonton sekaligus pemain—atas sebuah Skenario Agung berjudul Kehidupan, episode minggu kemarin:


"Mas Bud, aku sesuk ultah. Ojo lali nyelameti!"
(SMS tengah siang, dan saya balas tengah malam, mungkin lebih 1 menit.)


"Budi, mungkin waktunya gak tepat, tapi sebelum lupa aku harus bilang ini: Thank you for making me a better person."
(Saya keluar dari mobil, terhuyung-huyung masuk hotel.)


A: Kamu marah ya?
(terdiam sejenak)
B: Jangan pernah berani bertanya seperti itu lagi.


"Gue sengaja lupa ngebungkus. Emang anak SMA, pake bungkus berlapis-lapis?"
(Lantas selalu flashback ke sebuah scene Minggu pagi dengan secangkir kopi, jaket himpunan, dan 53% yakin dia belum mandi, "Kamu ngerasa ada yang aneh nggak dengan film Independence Day?")


C: Hey hey, nyante dong Bud!
(geraham mengatup, berarti tak ada tawa)
B: Lu aja yang nyante, gue nggak!


It’s not you, Buddle! Gue tau lu nggak butuh ini. Lu butuh sesuatu yang lain, dan gue nggak tau apa itu!
(ada basah menggarisi pipinya, sebelum mata saya mengabur lalu ambruk.)
Ketika saya siuman, dia masih ada di sana.


Eh Mas, saya baca lho, tulisan Mas yang di majalah film itu. Mas bersedia kan menjadi pembicara di acara kami?


File-file gue ilang semua. Script, proyek terjemahan, artikel-artikel lama, arsip resensi… Semuanya! Kayaknya ada yang lagi 'ngerjain' gue…
(Suara parau di telepon, dan entah kapan akan pulih.)


Wah, jadi ceritanya Bos ngasih bonus nih, terbang ke Jakarta untuk liburan musim panas?
Haha. Liburan? Beliau memungut kami dari jalanan.


"Halo? Bud? Halo? Lu lagi di mana? Kapan lu balik? Kata lu Banyu Biru gimana? Kok jelek ya? Gue butuh pendapat lu dalam 1 kalimat. Cepetan!"
(Buset. Ini roaming international, monyong! SMS aja kenapa?)
"Well, film seperti Banyu Biru TETAP harus dibuat."
(Message sent. Delivered.)
"OK. Katanya Slank itu band terbesar di Indonesia ya, Bud? Kata elo scoring di film itu asyik nggak?"
"Mungkin berusaha mirip Ry Cooder di Paris, Texas-nya Wim Wenders. Tapi tentu saja belum sebagus itu."
"Haha, gue baru ketemu Wenders kemarin. Cakep, gila!"
(Cakep? "Cakep", kali.)
Klik.


Lantai kilap dansa-dansi? Buset, ini inspiratif sekali. Bakal jadi alamat yang wajib gue kunjungi.

"Bahkan di Hungaria sendiri, DVD film itu nggak ada?"
"Di Amazon barusan ada kok, Bud."
The next "D and W picks", after À bout de souffle? :)


"I still feel sorry for him," Terry said.
"It sounds like a nightmare," Laura said. "But what exactly happened after he shot himself?"
F*ck you! How do I know? I left the conference.


Nyari CD apa, Mas?
Ada Procol Harum nggak? Yang album kedua.
(Lalu saya melihat wajah kamu di setiap keping CD itu. Kamu ada di mana-mana.)


"Ke makam. Kangen Nirmala."


Kita baru 3 lagu. Kamu bisa keluar kalo kamu nggak suka.
(Kamu? Sejak kapan elo manggil gue ‘kamu’?)
Yeah, and you’ll do it by yourself. The second track is crap.
No way! Dead Department of Dark Disco is the coolest song I’ve ever written!


Barangkali telah kuseka namamu/
dengan sol sepatu/
Seperti dalam perang yang lalu/
kauseka namaku/



Jangan jadi wartawan, Bud.
(Bangku lobby sebuah stasiun televisi. Gerimis sore yang ditembus. Setumpuk buku dan segenap perhatian lainnya.)


"Gilee, gw lagi party ama banci-banci sinting! Udah gak jelas mana cewek mana bukan…"

(Haha, SMS ini masuk ketika AC di ruang meeting itu mulai keterlaluan dinginnya. "Udah di-save revisi script-nya?")


Elo di mana?
(Suaranya lelah.)
Di depan elo.
(Dia celingukan.)
Di depan gue?
Di kiri elo.
OK, 1 teh botol.
(Cut to. Ext. Kantin – Night)
Artificial gap.
Ada lho, teknologi bernama AC.
Sori ganggu. Sori banget.
I shouldn't do this.


Sori, gue belum sempet ngoprek lagi.
Banyak project nih? Kaya dong?
Not really. Cuma perut jadi buncit.
"Tapi Pak!"


End! Wah, bakal ngupdate blog dong?
Senin, deh.


You’re not gonna make it. Lu akan terus kayak gini.
(Dia menutup mukanya.)
Masa depan lu bisa buruk.
Jadi gue harus gimana?
(Menghela napas.)
Make up your mind! I can’t believe it. My little girl turns into this. How come?
I hate you. I hate this.


"Bud, gue makan di Dark Vision. Ke sini aja, trus kita langsung pulang."
OK, 15 menit lagi. Macet di mana-mana.


That old saying, how you always kill the one you love, well, look, it works both ways.
Damn!
With a gun stuck in your mouth and the barrel of the gun between your teeth, you can only talk in vowels.
I know this because Tyler knows this.


"Lying is like alcoholism. You are always recovering."
Kamu selalu suka film-film dengan tema tertentu.
Kompleksitas individu.
Tema kebohongan.
Kepalsuan.
Memori? Kenangan?


Timbuktu itu di mana sih, Bud?
Timbuktu? Oh, itu di antara Timbukwan dan Timbuktri.
(mata indahnya melotot.)
Kamu!


"It was written that I should be loyal to the nightmares of my choice."
(Setidaknya gue SUDAH memilih.)



"Dog is God spelled backwards."




* * *