::: what is "lie", anyway? this is mine, now tell me yours.
Seorang kawan baik yang kini sedang menjelajah belantara Afrika untuk memunguti keping kesadarannya yang tercecer, baru saja mengirimi saya pepatah Senegal via e-mail, yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris kira-kira berarti:
"Lies that build are better than truths that destroy."Tercenung lama saya membacanya. Ini sudah hampir jam 4 pagi. Badan lelah bukan main, pikiran ini letih, tapi mata berpendar tak mau mengerti. Stamina yang nyaris ambruk. Lies that build? Kertas-kertas berserakan di meja. Di lantai yang kesat. Di kaca jendela yang berembun. Di tempurung kepala yang membatu. Truths that destroy? Sirup basi yang tumpah. Teks yang gagal, dan apel busuk yang berulat. Komputer yang terus nyala, dan keseimbangan hidup yang musti dijaga. Bung, rupanya saya sedang memahat perahu. Lantas kisah ini bergulir seperti narasi-narasi di film Eropa: lamban, "indah", dan tak pasti. Seperti pesawat kertas yang kau lipat dari ingatan masa kanak; terbang ringkih menuju langit. Mungkin kita memang bersandar pada angin. Yang tak hanya fana: teramat sering pula tak terduga.
Lamat-lamat, lagu itu lagi, "...other people'd turn around and laugh at you, if you said that these are the best days of our lives..." Tak ada gunanya mengutuk, toh dunia akan segera melupakan kita. Nah, rapikan anak rambutmu yang tipis dan merontok, sebelum kucium dengan tangkai bunga yang baru kusadari telah lama mati. Wangimu pun menguap entah ke mana.
Bung! Sungguh, saya pengen tidak mempercayai pepatah itu. Define 'destroy', then. Vanity is my favorite sin. Saya memilih tertawa.
* * *