okt dog budibadabadu: ::: timbuktu redux, ch.1

Monday, January 17, 2005

::: timbuktu redux, ch.1


"Who are you trying to entertain? The audience, or yourself?"
(George Shapiro to Andy Kaufman, in Man on the Moon. Milos Forman, 1999)

Atas nama ketidakpedulian, atau ketidakpekaan—dalam bahasa graffiti di tembok-tembok dekade ’80-an: “cuex is the best”—atau apalah istilahnya, maka Badu bersikeras untuk tidak menulis apapun di warta Timbuktu. Ini menjengkelkan. Saya protes dan orang-orang berdemo, tapi Badu adalah si tengik berkepala batu. Dia khusuk bersemedi di gua hantu, membaca kitab berdebu dan berlatih kungfu (yak betul, di bawah air terjun tentunya, seperti di film-film itu), mencari ketenangan batin dan menyingkir dari hiruk pikuk duniawi (alangkah sok iye-nya ini, Bung!), dan sebagainya dan sebagainya, tapi lihaaat, rohnya tetap saja gentayangan di tempat-tempat orang (teknologi menyebutnya weblog: betapa klop, situ eksibisionis, sini voyeur!), meninggalkan jejak nggak penting dan komen nggak mutu, cengiran berlebihan sok seram dan ucapan selamat-pagi-siang-sore-Selasa-Kamis-weekend yang... perlu, gitu?


“Tapi orang memang senang disapa, Cu...” kata Nenek di desa sambil mengunyah burger dan nonton MTV. Baiklah. Saya juga senang kok. Berarti memang perlu. Ayo, ayo! Ambil gitar kopongmu, mari berdendang "Tender", falsetto ala Albarn: “Lord, I need to find, someone who can heal my mind…”