::: "nothing.." or "no, thanks.."?
Lola: So, what do you do?
Hlynur: Nothing.
Lola: What kind of nothing?
Hlynur: The nothing kind of nothing.
101 Reykjavík (Baltasar Kormákur, Iceland, 2000)
Tau-tau sudah Sabtu lagi. Hari-hari berlari seperti peluru. Jadi tengoklah agenda, check list kerjaan minggu ini, berapa yang sudah bisa tercoret? Apa, tidak ada sama sekali? Mari salahkan suasana hati. Ini lagu lama, Bung: bahwa mood lagi tak bagus, bahwa melankoli seolah-olah adalah kambing hitam yang sah, bahwa gerimis November kemarin tiba-tiba dimaknai secara berlebihan, dan kata-kata andalan quote laris minggu ini: “gue lagi gloomy.” Bah! Baiklah, baiklah. Berlari kita pada musik yang dirasa tepat dengan lirik mewakili, atau mencari pembenaran pada setumpuk film lalu membatin “ini ceritanya gue banget!”. Bah! Atau mencari bahu teman untuk ditangisi—teknologi jaman sekarang menerjemahkannya sebagai: SMS curhat, e-mail keluh kesah, Y!M-an tampilan kelabu, atau telepon-telepon panjang di tengah malam. Larut, dan sepi.
"Alangkah sunyinya malam," bisik Hasan di film Atheis-nya Sjuman Djaja—dan saya akan menontonnya kembali. Ke Jakarta aku pergi.. Ke Jiffest menghibur diri. Melihat saya begini, Badu jengkel sekali.
