"Besides, I'm not going to tell you my whole goddam
autobiography or anything."
[Holden Caulfield in Catcher in the Rye, a
grreatt novel by J.D. Salinger, 1953]
The Kinks: The Collection. Budi,
Bada, dan Badu lagi senang mendengarkan band ini.
Entah kenapa hati kami selalu berbunga-bunga dan
bersemangat setelah mendengarkan track demi track,
yang tampak diaransemen dengan rapih. Saya suka
karakter vokal Ray Davies, yang sebenarnya tidak
istimewa-istimewa amat. Haha! Lagu "Lola" di album ini
adalah live version, lengkap dengan suara tepuk tangan
dan koor penontonnya. Saya jadi ingat 101
Reykjavik (Baltasar Kormákur, 2000)——film
komedi absurd yang bagus dari Islandia——yang
menyertakan lagu "Lola" sebagai salah satu
soundtrack-nya, dalam versi aransemen ulang
oleh frontman Blur, Damon Albarn, dan ex-Sugarcubes,
Einar Orn Benediktsson. Track favorit Badu tentu saja
"Celluloid Heroes", yang liriknya antara lain:
"Everybody's a dreamer and everybody's a star… And
everybody's in movies, it doesn't matter who you
are…" Yeah, it’s so you, dude! Badu tambah senang
ketika saya kasih tahu bahwa Wim Wenders (yang
notabene adalah sutradara favoritnya) menyelesaikan
sekolah filmnya pada 1970 dengan final project
berjudul Summer in the City, yakni sebuah
film yang didedikasikan untuk The Kinks! Mungkin Badu
akan jungkir balik dan salto ke udara, kalau dia juga
tahu bahwa di film Wenders yang lain, The American
Friend (1977, interpretasi Wenders atas novel
Talented Mr. Ripley-nya Patricia Highsmith),
ada adegan di mana salah satu tokohnya menyanyikan
lagu the Kinks, “There's Too Much on My
Mind”...
[Flick of the
Week]
EUREKA [Shinji Japan, 2000. 217
min. DVD.]. Drama tentang kisah 3 orang yang selamat
dari sebuah tragedi pembajakan bus. Dibuka dengan
adegan dramatis yang pelan dan sedikit menghentak,
film ini benar-benar menguji kesabaran Anda. Betapa
tidak: durasi lebih dari 3,5 jam, hitam putih (sephia
tone), dan minim dialog. Tapi semuanya disajikan
dengan sinematografi yang indah, lirih, dan puitis.
Tak ada adegan mubazir, sebab semuanya bisa berarti
sesuatu. Dengan proses penceritaan yang tekun, ini
adalah sebentuk narasi yang mengundang perbincangan
filosofis tentang arti kata brutal dan pencarian makna
hidup. Nah, bukankah ini adalah kelas yang tepat untuk
belajar mengolah rasa dan memaknai sesuatu dengan
lebih mendalam? Menyabet penghargaan FIPRESCI Prize di
Cannes Film Festival tahun 2000, film ini benar-benar
layak dicoba, terutama jika Anda tipe orang yang
berusaha tetap optimis di tengah kehidupan yang seolah
tanpa harapan. [Film ini bisa didapatkan di
KINERUKU Rumah Buku Bandung, Jalan Hegarmanah
52, BANDUNG, Indonesia.]