::: do the senses make sense?
i.
ide datang tanpa permisi, begitu juga kesialan. aha, siapa mengejek siapa. jika kau begitu yakin semua akan baik-baik saja, kenapa tidak kau ambil saja kaca besar di ruang sebelah lalu bercermin? buruk muka cermin dibelah, kata ibu guru sd kita dulu, tapi, buruk nasib dada dibelah? alangkah pengecut. itu buku-buku berdebu tak kunjung ditengok, itu belasan kawan belum disapa, itu ribuan film belum tersentuh. ophuls adalah kepada siapa si kubrick jelek itu berguru, gerutu badu sok tau, nongol dari balik kaca jendela yang berjamur, menawarkan jus apel. durdenesque doppelganger little bast**d. astaga, itu de sica pernah main di film dia? well, von stroihem siapa yang punya? tolong ngacung.
ii.
oya-ada-yang-ngakunya-kangen-sebaiknya-kau-temui, datar sekali si badu, menggigit-gigit tusuk giginya. lho, van aperldoorn belum tamat juga? plis dong deh. hey hey, albee yang itu lumayan padat, kenapa tidak dipelajari? uhuk-uhuk. wah, wangi kotak bergambar itu s u d a h luntur, brur! jadi semuanya mau dibiarkan membusuk di kamar? subagio sastrowardoyo halaman 38 bagus sekali deh. baiklah, baiklah. buang sampah yuk. lalu tepuk tangan. lalu berdandan. pake senyum apa hari ini? jangan lupa beli ramahtamah model mutakhir, udah big sale di kios terdekat!
iii.
ini persoalan memulai, bung. m e m u l a i. ayo gagah berani, bertempur melawan kemalasan otak yang makin uzur. ayo maju tak gentar, menantang tremor lalu menghabisinya sampai mati. ayo bung tetap tegak berdiri. jangan ciut oleh angin, ketinggian ini belum seberapa! to be or not to be, bisik pangeran hamlet di kamera sekuriti rental video. sudah, sudah! soal pertanyaan orang kenapa kau selalu berbeda-beda, berbeda-beda, berbeda-beda, berbeda-beda, bagaimana jika dilupakan saja?
iv.
bada, where are you when I need you?