okt dog budibadabadu: ::: DOGME 95: Breaking The New Waves!

Thursday, May 18, 2006

::: DOGME 95: Breaking The New Waves!

The Vow of Chastity / DOGME 95

1. Shooting must be done on location. Props and sets must not be brought in (if a particular prop is necessary for the story, a location must be chosen where this prop is to be found).
2. The sound must never be produced apart from the images or vice versa. (Music must not be used unless it occurs where the scene is being shot).
3. The camera must be hand-held. Any movement or immobility attainable in the hand is permitted. (The film must not take place where the camera is standing; shooting must take place where the film takes place).
4. The film must be in colour. Special lighting is not acceptable. (If there is too little light for exposure the scene must be cut or a single lamp be attached to the camera).
5. Optical work and filters are forbidden.
6. The film must not contain superficial action. (Murders, weapons, etc. must not occur.)
7. Temporal and geographical alienation are forbidden. (That is to say that the film takes place here and now.)
8. Genre movies are not acceptable.
9. The film format must be Academy 35 mm.
10. The director must not be credited.


* * *

Terlepas dari selentingan kabar bahwa Vow of Chasity alias Manifesto DOGME 95 (terlampir di atas) ditulis Thomas Vinterberg dan Lars von Trier hanya dalam waktu 25 menit diiringi tawa ngawur keduanya, tak dapat dipungkiri gerakan ini telah mewarnai sejarah sinema. Film-film dari seluruh dunia yang telah didaftarkan dalam gerakan DOGME 95—yang berarti dibuat berdasarkan aturan-aturannya—telah mencapai 110 judul, satu bukti gerakan ini ditanggapi secara serius.

Ketika didirikan pada tahun 1995, DOGME 95 secara jelas memposisikan dirinya melawan gerakan yang telah mapan sebelumnya. "DOGME 95 adalah sebuah aksi penyelamatan!" Bagi Vinterberg dan von Trier, gerakan New Wave yang bermula di Prancis dengan semboyan "director as an author"—di mana film-film di zaman itu dianggap sebagai "karya lukis orisinal" sutradaranya—telah mati. Mereka menganggap konsep "author" adalah romantisme para intelek-borjuis semata, sehingga gerakan New Wave yang awalnya menjamur sebagai protes anti-borjuasi justru menjelma menjadi gerakan borjuasi.

Lalu dicanangkanlah sebuah gerakan di mana film tidak lagi dianggap sebagai "high art": video berkualitas rendah pun bisa dijadikan mediumnya. Berhentilah menipu penonton, begitu kira-kira ajakan para pencetus DOGME 95. Berhentilah menyuguhkan ilusi dengan pendandanan berlebihan dalam produksi film: setting, aktor profesional beserta skenario yang terlalu mengekang, kamera yang terlalu canggih beserta alat bantunya yang hanya menghasilkan halusinasi semata.

Hasilnya tentu beragam. Tidak semua menarik dan berkualitas, namun dalam pemutaran bulanan kali ini, Kineruku berusaha menghadirkan contoh-contoh terbaiknya: The Celebration—karya monumental Thomas Vinterberg yang bukan hanya 'melahirkan' DOGME 95, namun juga telah menjadi tonggak perfilman dunia; The King is Alive—sebuah eksperimentasi cerita menarik dari Kristian Levring; dan Mifune—salah satu film drama DOGME 95 terindah dan terhangat karya Soren Kragh-Jacobsen.

Selamat berpikir ulang tentang arti sinema.

Film Programmer kineruku
Ariani Darmawan, Budi Warsito, Tumpal Tampubolon

Selengkapnya lihat di sini.

* * *